CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 29 April 2013

Rujak Buah 2012 (Kristyo si Gendut Murid Lesku)


Anak kecil ibarat kertas putih. Lingkungan turut berperan penting menulis cerita di atasnya.


Mengisi kekosongan waktu dan niat mencari pengalaman membuatku bertemu dengan Kristyo dan menjadi guru privatnya saat aku masih kuliah. Aku membimbing anak ini dan Jenna teman sekelasnya  saat mereka duduk di kelas 5.

Kristyo anak yang penuh dengan kasih sayang orang tua. Segala macam kebutuhan tidak pernah kurang, bahkan bisa dibilang lebih sehingga membuat badannya gendut, begitu pula adik perempuannya, Keezi. Keduanya sama-sama berpipi tembem. Keduanya sama-sama hobi makan. Keduanya sama-sama hobi membuat ribut di rumah. Bisa dibayangkan bila tidak ada mereka di rumah, pasti rumah terasa sangat sepi.

Khusus untuk mengajari Kristyo, dibutuhkan ekstra kesabaran. Sangat berbeda bila mengajari Jenna. WHY? Cekidot di bawah ini:

Jenna = Belajar tidak perlu diperintah, otaknya dengan refleks memerintahkan anggota tubuhnya untuk selalu belajar tepat waktu. Kristyo = mamanya harus berteriak-teriak dahulu baru dia mau membuka buku.
Jenna = sewaktu les, buku PRnya sudah dikerjakan, hanya sebagian kecil yang masih kosong yang menurutnya susah dikerjakan. Kristyo = seringkali buku Prnya masih kosong mlompong dari jawaban.
Jenna = saat les selalu memperhatikan penjelasan guru lesnya (baca: aku). Kristyo = seringkali perhatiannya teralihkan dan bengong melayang di awang-awang.

 Kami belajar di rumah Kristyo. Maka mama Kristyo yang setiap hari melihat secara langsung proses les itu sering uring-uringan dan mengomel.
“Kris, jangan bengong!”
“Kris, perhatikan Kak Ila!”
“Kris, jangan mainan!”

Sebenarnya aku merasa kasihan dengan Kristyo yang hampir setiap hari diomeli.

Beberapa bulan bersama anak ini membuatku sedikit memahami karakter anak ini. Kristyo tidak seperti Jenna yang bisa berkonsentrasi dalam waktu lama, perhatiannya mudah sekali teralihkan. Kristyo juga bukan tipe anak yang bisa belajar dengan anteng (diam dan tenang). Jadi, aku selalu mengizinkannya belajar sambil ramai dan bermain. Dan hasilnya memang lebih baik daripada dia belajar sambil duduk tenang, yang ada dia malah melamun melihat buku dengan ratusan deretan huruf.

Sayangnya, mamanya belum memahami tipe belajar Kristyo. Kalau dia ramai mamanya otomatis mengomel, padahal dia sedang dalam proses belajar. Maka aku mencoba memberi pengertian bahwa dia sedang belajar. Mamanya manggut-manggut terlihat setuju. Tapi besok dan besoknya lagi mamanya kembali mengomel. Hahaha kasihan sekali Kristyo.

Mama Kristyo sangat sayang pada anak-anaknya. Beliau tipe ibu rumah tangga sejati. Semua dikerjakannya sendiri. Rumah bersih, masakan enak, hampir seluruh waktunya dikerahkan untuk mengurusi kedua anaknya yang berisik itu. Kalau aku sudah berada di rumahnya, maka telinga sudah harus kupersiapkan untuk mendengar curhatan mama Kristyo. Tentang apa saja. Dari mulai nilai Kristyo, rempongnya kalau dua gendutnya sudah bertengkar, sampai harga sayur tidak luput. Mama dan ayahnya selalu memberikan semua yang diinginkan Kristyo, mungkin itu sebabnya Kristyo jadi kurang mengerti arti kerja keras dan belajar dengan sungguh-sungguh.

Di luar semua itu, dia anak yang menyenangkan dan sayang sekali pada keluarganya. Kristyo dan Keezi terlihat akur dan hampir selalu Kristyo yang mengalah jika Keezi sudah merengek. Beberapa bulan aku mengajari Kristyo, alhamdulillah nilainya meningkat walau tidak sesignifikan meningkatnya nilai Jenna.

Akhirnya aku pamit pada mama Kristyo untuk berhenti les sebab harus mengikuti PKLI. Namun kami masih tetap berkomunikasi walaupun jarang. Suatu saat mamanya telepon dan bercerita panjang lebar. Kristyo sudah mendapat guru les baru. Ribut dengan mama Jenna. Jenna keluar dari les. Nilai Kristyo turun. Kristyo kangen denganku.
“Ajari les aku lagi ya Kak Ila, Kristyo kangen sama Kak Ila.”
Aku tertawa dan bercanda dengannya di telepon.

Setelah PKLI selesai, aku berkunjung ke rumah Kristyo dan mendapati guru lesnya berpamitan berhenti les karena sakit. Akhirnya akulah yang mengajari Kristyo les lagi.

Bulan Juni, dia harus pindah ke Jakarta karena menyusul ayahnya yang sudah pindah kerja di sana. Jadi sebisa mungkin aku berusaha menikmati 4 bulan terakhir itu bersama Kristyo, keluarga, dan teman-temannya. Ada satu lagi teman sekelas Kristyo yang ikut les denganku, Firna. Dan dia tidak jauh beda dari Kristyo. Butuh tenaga ekstra untuk menjejalkan ilmu pada kepala mereka.

Di luar itu semua, aku sangat sayang pada Firna. Dia baru saja ditinggal ayahnya menghadap Sang Ilahi. Ibunya bekerja keras pergi pagi pulang malam untuk menghidupi dia dan adiknya, sehingga pekerjaan rumah sudah biasa dikerjakan Firna setiap harinya termasuk mengurusi adiknya yang masih kecil. Sebisa mungkin aku tak sampai memarahinya ketika dia ramai dan sulit diatur, karena aku paham itu caranya untuk mendapat perhatian yang kurang didapatnya dari rumah. Dia bahkan sangat sangat sangat manja padaku, dia suka sekali memelukku.
“Kak Ila mirip sama kakakku yang jauh di sana.” Katanya sambil memelukku.

Yah, selama 4 bulan itu masa-masa yang lumayan sulit. Why? Saat itu aku sedang mengerjakan skripsi. Buka hal yang mudah hampir 2 sampai 3 kali dalam satu minggu bolak-balik Blitar-Malang (penelitian skripsi di Blitar). Di malang juga harus mengerjakan data disambi membimbing 2 anak yang hiperaktif (baca: Kristyo dan Firna). Mungkin kalau ada Jenna aku bisa ditolong untuk mengajari mereka, batinku saat itu, hahaha. Sebenarnya aku bisa saja berhenti memberi les, namun aku merasa bertanggung jawab mengajari Kristyo. Dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri, jadi bila ada nilainya yang jelek, aku juga sedih.

Beberapa bulan bersama keluarga Kristyo, aku jadi mengenal banyak orang. Kerabatnya, tetangganya, tukang bakso langganannya, dan teman-temannya. Bahkan saat kerabatnya mau pergi ke Kalimantan, dia berpamitan denganku dan berharap suatu saat bisa bertemu denganku lagi.

Akhirnya waktu itu tiba. Sedih. Rindu sekali dengan kenakalan mereka. Rindu suasana mama mengomel. Selamat jalan ya Kris, semoga di sana kamu bisa belajar lebig giat lagi tanpa harus diperintah dan diomeli mama. Hohoho. Sedangkan aku, revisi skripsi tentunya. Alhamdulillah hampir selesai. ^_^




Bersama si gendut Kristyo (kaos hijau), Keezi (kaos putih bergambar dia dan mamanya) dan teman-temannya. Wah, tinggiku kok sama dengan anak kelas 5 SD? O_o hahaha.

Jumat, 19 April 2013

Rujak Buah 2012 (PKLI Part 3 “Yang Formal?”)


Meskipun suka jalan-jalan dan bercanda sampe kena SP (Surat Peringatan) dari si mbah (ibu dari bu Gatot yang punya kos, si mbah ini sabar banget dan nggak pernah marah sama kami yang sering urakan , bahkan si mbah suka membantu kami membersihkan kos, terharu kalo inget) kalo bercanda jangan keras-keras biar nggak mbrebeki tetangga, kami tetap mengingat tugas kami sebagai mahasiswa yang sedang ‘magang’ di sekolah.

Di bawah ini pose kami yang memakai seragam saat bertugas di sekolah. Meskipun pake seragam formal, narsis dan selengean tetap aja nyantol.



Photo 1 (1001’12). Sesaat sebelum acara penyerahan mahasiswa dari dosen pada kepala sekolah.



Photo 2 (2001’12). Hampir tiap hari sarapan pecel nih...



Photo 3 (0102’12). Ruang piket yang penuh dengan gosip, makanan, tumpukan buku, dan tak lupa kenarsisan.



Photo 4 (lupa tanggal! aaargh). Waktunya rapat di masjid. Pak ketua Rifqi ceramah, yang laennya malah photo-photo. Hadeh..


Kalau yang di bawah ini, photo teman-teman bersama para siswa.



Photo 5. Wah Fauzan dikelilingi ABG, kesenengen dia.




Photo 6. Ma’ing bersama siswi-siswinya klop deh.



Photo 7. Aida di antara lautan ABG, brondooong.



Photo 8. Mbak Pin in action.



Photo 9. Muridnya bu Beta ada yang kehabisan obat nih kayaknya.



Photo 10. Mbak Vina anaknya banyak? O_o



Photo 11. Bu Nas jangan nangis ya..



Photo 12. Kalau yang ini photo bareng anak-anak TPQ setelah lomba. Lutu-lutuuu...


hahaha, lucu-lucu ya tingkah temen-temen berpose dengan murid-muridnya.




Photo 13. Niatnya foto buat vandel, tapi si Hilmi kerasukan kera sakti. Butuh sajen nih si Hilmi.




Berpuluh tahun ke depan pun, walau bentuk rumah ini sudah berubah, rumah ini akan terus kami simpan dalam memori seperti ini. Sebagai tempat penyimpan kenangan dua bulan berharga itu.

Jumat, 12 April 2013

Rujak Buah 2012 (PKLI Part 2 ”Cangkeman”)


Di kelompok PKLI MTsN Blitar ada anggota yang hobi membuat istilah menyesatkan tapi sering diikuti oleh teman-teman, dialah Bu Beta a.k. Besti. What? Salah satunya istilah cangkeman. Benar-benar menyesatkan!

Saat itu adalah momen Maulid nabi Muhammad SAW yang harus kami garap untuk acara kampung dan perwakilan da’i di sekolah. Lidah orang Jawa tidak telaten mengatakan kata maulidan untuk istilah sehari-hari di luar acara formal, sehingga mereka mengatakan mulutan. Sedangkan kata mulut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa menjadi kata cangkem. Istilah itulah yang membuat kita jadi sering bilang cangkeman.
(Tut tut tut... penjelasannya panjang kayak sepur O_o hehe).

Di bawah ini adalah momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di acara kampung maupun di sekolah.



Photo 1 (0702’12). Becak rodo limo, kadung macak ora sido lungo

Photo di atas diambil setelah pak ketua Rifqi mencak-mencak (pak ketua jarang banget marah, sekalinya cemberut, anggotanya jadi galau dan kalut). Kebiasaan cewek-cewek kalo mau pergi yang saling menunggu menjadikan semuanya nggak jadi pergi semua ke mushola.

Kronologisnya seperti ini = yang sudah siap pergi menunggu yang masih makan camilan. Yang masih makan camilan menunggu antri mandi. Yang sudah selesai mandi menunggu antri setrika. Yang sudah setrika menunggu antri kaca untuk dandan. Si kaca nggak suka dijadikan sarana narsis para cewek. Si kaca marah. Dia membuat siapa saja yang berkaca terlihat masih kurang saja. Yang dandan kebingungan dandan sampai bedaknya habis dan tetap saja terlihat masih kurang mak nyus. Si kaca tertawa kegirangan sampai waktu acara menukar takir selesai. Akhirnya semua nggak jadi berangkat. Pak ketua Rifqi mencak-mencak.

Akhirnya takirnya dibawa ke kos deh sama para arjuna (kesasar) dan...


Photo 2 (0702’12). Sikat bareng-bareng deh. Terimakasih Pak Gatot yang sudah memberikan takir sebanyak ini pada kami yang sering ngirit kalo masak.



Photo 3 (0902’12). Wah makan enak lagi. Alhamdulillah dijamu di acara Maulid warga kampung. Dalam hati berdoa,”Sering-sering aja beginii”. Ngarep.



Photo 4 (0902’12). Nyulik anak orang sebentar buat photo. Ikmal is the name of that cute boy!



Photo 5 (0902’12). Berhati-hatilah kalau kebanyakan makan sate, nanti bibir bisa monyong-monyong. O_o.



Photo 5 (0902’12). Teladan benar dua orang ini oe. Nyampe paris nih kayaknya.



Photo 6 (1602’12). Acara yang ada di sekolah ini membuat kita berjejer seperti pasien antri berobat.



Photo 7 (1602’12). Pak Kiyai Fauzan beringas setelah manggung. Isi mangkuk di depannya sudah ludes. Eh? Di sampingnya ada Ma’ing. Jadi siapa yang jadi tersangka? O_o.



Para calon bu guru ini nggak ketinggalan berpose di mana pun dan kapan pun. Semoga kameranya nggak bosan dengan wajah-wajah ini dan nggak berbuat jahat seperti si kaca. Amin..


Meskipun istilah cangkeman itu agak tidak sopan di telinga, namun kalau istilah itu diucapkan lagi sekarang maka ia akan mengantarkan kita pada kenangan manis masa PKLI dan pasti akan dibuat tertawa oleh kata itu.


Hidup cangkeman!!!
Hahaha



Rabu, 10 April 2013

Rujak Buah 2012 (PKLI Part 1”Jalan-jalan Kenyang”)


Setahun nggak nge-blog udah ngebayangin di blog ni banyak sarang laba-laba ato bahkan rayap, O_o. Memperbaharui layout dan background blog membuat pikiran jadi lebih fresh.

Banyak hal dalam hidup yang penting untuk diingat. Memori otak telah merekam semua kejadian yang pernah dialami meski terkadang kita lupa sejenak. Sebuah gambar, meski hanya gambar yang diam namun dia bisa bercerita panjang tentang memori yang sejenak kita lupa. Yap! Di bawah ini adalah momen berharga dalam hidupku sepanjang tahun 2012. Momen dengan berbagai rasa yang bercampur-campur layaknya rujak buah = manis, asin, asam, segar, bahkan pedas ^_^.

Awal tahun 2012 dimulai dengan tugas dari kampus yaitu PKLI (Praktek Kerja Lapangan Integratif) yang bertempat di MTsN Blitar. Dua bulan tinggal bersama mereka yang membuat hari-hariku penuh tawa dan terkadang percikan konflik yang setelah beres justru membuat kami bertambah dekat layaknya saudara. Bila mendengar lagu2 vierra sama Judika –yang hampir tiap hari disetel waktu masak sama ngrumpi bareng gara-gara musimnya galau-, rasanya kangen banget tinggal bareng mereka lagi. I love you caaaah!

Yuk flashback waktu jalan-jalan ke Pantai Tambakrejo.



Photo 1 (2901’12). Niatnya pengen ambil pose meloncat tapi malah buyar semua dan...



Photo 2 (2901’12). Hanya mereka berdua (Bunas ama Fauzan) saja yang sukses. Ye! Give applaus for them!

Pulangnya basah kuyup akibat kehujanan dan diangetin dengan makan bakso bersama.


Yang di bawah ini waktu jalan-jalan ke rumah mbak Pin dan berlanjut ke MBK (Makam Bung Karno) dan museum MBK.


Photo 3 (1902’12). Go travelling ke rumah mbak Pin!



Photo 4 (1902’12). Yo sikat! Mumpung makan enak, mengingat di kos kalo masak menunya ekonomis mulu. Maturnuwun mbak Pin atas suguhannya.



Photo 5 (1902’12). Pak Karno said,”Waduh cah aku kok dibokongi yo, narsis dhewe2 kabeh!”



Photo 6 (1902’12). Tetep cantik-cantik kan meski ke-gerimis-an.


Jalan-jalan gak lengkap kalo ga ke tempat yang basah-basahan. Maka kolam renang Penataran dan Sumberudel nggak luput dari kunjungan kami.



Photo 7 (2001’12). Kayak dipenjara nih di pintu gerbang kolam renang Penataran.



Photo 8 (2402’12). Kalo yang ini siap-siap mau nyerbu kolam Sumberudel.



Photo 9 (2402’12). Ups! Ada yang disensor, hehehe...


Jalan-jalan kenyang? Istilah ciptaan Hilmi inilah yang selalu kami pakai saat kami jalan-jalan karena pulang jalan-jalan selalu kenyang, ada saja rezeki yang kami terima saat jalan-jalan, alhamdulillaaahirobbil ‘alamin.



Di depan “World Peace Gong” ini semoga Allah selalu meliputi hati kita dengan persaudaraan dan perdamaian.

^_^